TEMPO.CO, Jakarta - Ibu dari korban penembakan di Christchurch Selandia Baru asal Yordania meninggal karena serangan jantung setelah pemakaman putranya.
Menurut laporan New Zealand Herald, 23 Maret 2019, korban teror bernama Kamel Darwish, 38 tahun, seorang pekerja peternakan sapi perah dan ayah dari tiga anak. Dia adalah salah satu dari puluhan korban tewas di Masjid Al Noor.
Kamel terbang dari Yordania ke Selandia Baru tahun lalu untuk tinggal bersama kakak lelakinya. Istri dan anak-anaknya sudah mengajukan visa untuk ikut bersamanya.
Baca: Foto Polisi Berhijab Viral pasca Teror di Selandia Baru
Ibu Darwish bernama Saudi Abdelfattah Mhaisen Adwan, berusia 65 tahun. Pada Sabtu 23 Maret, dia wafat terkena serangan jantung, menurut pernyataan resmi dari Kedubes Yordania yang berkantor di Sydney.
"Dia datang kemarin untuk menghadiri pemakaman. Rupanya pagi ini dia meninggal karena dia tidak tahan dengan kesedihan karena kehilangan putranya," kata pernyataan resmi Kedubes Yordania.
Dia bilang dia punya putra lain yang tinggal di sini juga.
"Mereka mengurus agar bisa membawa peti mati putranya kembali ke Yordania."
Suad Adwan, perempuan Palestina dari Yordania, ditemukan tewas di sebuah rumah di timur laut kota itu pada Sabtu pagi.
Adwan, yang memiliki penyakit jantung, tiba di Selandia Baru pada hari Kamis bersama istri Darwish, Rana dan ketiga anak mereka, menjelang pemakamannya di Makam Memorial Park di Linwood pada hari Jumat.
Baca: Visa Keluarga Korban Diprioritaskan pasca Teror di Selandia Baru
Dia terlalu depresi untuk menghadiri penguburan putranya dan pergi tidur dengan perut yang sakit. Keluarganya menemukannya meninggal ketika mereka memeriksanya pada Sabtu pagi.
"Dia tidak bangun. Kami merasa alasan utama kematiannya adalah kesedihan," kata keponakan Adwan, Hany Al-Daher yang berusia 33 tahun, seperti dikutip dari Stuff.co.nz.
Korban penembakan di Christchurch, Kamel Darwish, berfoto bersama istrinya Rana, ibunya, Suad Adwan, dan putrinya yang berusia 6 tahun, Leen.[Stuff.co.nz]
Dia percaya teroris bertanggung jawab atas kematian bibinya. Adwan, yang tinggal di ibu kota Yordania, Amman, baru-baru ini kehilangan suaminya dan sangat sedih karena kehilangan putranya.
"Ini sangat menyedihkan. Dia adalah orang yang sangat menyenangkan dan ramah," katanya.
Baca: PM Ardern Diancam Keselamatannya pasca Teror di Selandia Baru
Keponakan Adwan mengatakan putranya baru tinggal enam bulan di Selandia Baru dan bekerja di peternakan sapi perah di Ashburton.
Kakak Darwish bernama Zuhari, telah tinggal di Selandia Baru sejak 2007 dan meyakinkan adiknya agar tinggal di Selandia Baru karena negara ini adalah tempat yang aman untuk membina keluarga.
Darwish dikenal sebagai orang yang jujur dan peduli dan jarang salat di Masjid Al Noor karena sering berpergian.
Istrinya Rana dan anak-anak mereka, berusia dua, enam dan delapan tahun, telah mengajukan permohonan visa untuk bermigrasi ke Selandia Baru. Kini mereka tidak tahu apakah mereka ingin pindah lagi dari Selandia Baru, setelah Darwish menjadi salah satu dari korban penembakan di Christchurch, bersama 49 korban meninggal lainnya.